TIPS SEBELUM MEMULAI INVESTASI EMAS

Selasa, Juli 09, 2013 | , ,

Nasihat Bagi Anda yang Ingin Berinvestasi Logam Mulia Emas

Walau investasi emas sudah lama dikenal, namun dalam beberapa tahun belakangan jenis investasi ini tampak sedang ngetren.
Semua dipicu karena pergerakan harga emas yang cenderung naik, sehingga terdapat selisih yang sangat besar saat membeli dan menjual.
Dibandingkan jenis investasi lain, seperti saham atau reksadana, banyak orang menganggap bahwa investasi emas gampang: ada uang, beli, lalu endapkan sampai harganya melebihi harga pembelian. Benarkah demikian?
Simak rambu-rambu investasi emas dari Endy J. Kurniawan, penulis buku Think Dinar, berikut ini:
Jangan lihat hasil akhir saja. Ada aspek risiko, aksesibilitas, kemampuan lindung aset dan likuiditas yang harus dipertimbangkan. Ini juga berlaku untuk semua jenis investasi.
Jangan asal investasi, tentukan tujuan. Ada tiga tujuan investasi emas, yaitu untuk tabungan atau hedging, dana darurat, atau untuk rencana jangka panjang. Bisa juga untuk mendapatkan dana segar. Masing-masing tujuan investasi emas punya konsekuensi, karena itu sesuaikan dengan kemampuan.
Jangan kehilangan fisiknya. Salah satu kesaktian emas adalah likuiditasnya. Fungsi likuiditas mustahil berfungsi kalau Anda tidak memegang fisik emasnya. Karena itu pastikan fisik emas dipegang atau menjadi sepenuhnya milik Anda, meski dalam posisi dititipkan.
Jangan spekulasi. Spekulasi ini bermakna banyak. Bisa skema beli-gadai bertingkat atau lazim disebut berkebun emas, atau diputar di derivatif berkedok emas. Terlalu berisiko untuk pemula. Meski rata-rata tetap di atas kenaikan 20% per tahun, sebagaimana harga komoditas lain dan return di berbagai jenis investasi, harga emas naik dan turun.
Jangan lihat grafik jangka pendek. Lebih baik jangka panjang, jika telah memutuskan berinvestasi di emas. Misalnya, untuk proteksi aset dan rencana jangka panjang.
Jangan membabi buta. Saking semangatnya, banyak orang yang merasa harus menghijrahkan seluruh dana mereka ke emas. Padahal jikalau dana tersebut akan digunakan dalam jangka waktu di bawah satu tahun, jangan memaksakan diri untuk membeli emas. Lebih baik menyiapkan dana tunai saja. Konversikan hanya uang tunai Anda yang tidak akan digunakan dalam waktu satu tahun ke depan dalam bentuk emas.
Jangan investasikan emas dalam bentuk yang tak lazim, seperti granule atau emas lokal bongkahan. Karena pasarnya terbatas, maka kurang likuid. Koin emas (dinar) dan batangan masih jadi pilihan yang likuid secara nasional bahkan internasional. Emas lokal boleh digunakan asalkan  memiliki bentuk yang standar atau berasal dari pabrikan. Emas berbentuk bongkah atau granule lebih cocok untuk jual-beli dari atau ke industri atau perajin.
Jangan investasi emas perhiasan. Perhiasan hanya untuk keperluan fashion, bukan investasi. Ongkos pembuatan yang harus kita bayar ketika beli relatif besar, namun saat menjualnya cenderung turun, bahkan hilang.
Jangan menimbun. Sebaik-baiknya harta adalah yang berputar. Walau demikian definisi menimbun itu relatif. Tak adil jika menabung Rp 200juta, dalam bentuk tabungan atau deposito, tidak disebut menimbun, sementara menyimpan 100 gram emas dikatakan menimbun. Padahal masing-masing punya konsekuensi. Zakat harus dikeluarkan kalau harta tersimpan. Manfaat ekonomi-sosial akan diperoleh jika harta Anda berputar. Tunaikan saja setiap konsekuensinya.
Jangan ragu-ragu. Dengan kesadaran bahwa harga emas naik dalam jangka panjang, dana menganggur minimal setahun jika Anda konversikan ke emas akan baik hasilnya. Konversi ini bisa berasal dari tabungan atau deposito yang hasilnya kurang menjanjikan. (bn)

0 komentar: